Ketika
Kemenangan yang Dijanjikan itu Akhirnya Tiba
Oleh Nur Annisa
Judul Buku : Muhammad Al-Fatih 1453
Penulis : Felix Y. Siauw
Penerbit : Khilafah Press
Cetakan : Cetakan ke-1, Agustus 2011
Cetakan ke-2, November 2011
Cetakan ke-3, Februari 2012
Cetakan ke-4, Mei 2012
Cetakan ke-5, September 2012
Tebal : xviii + 320 Halaman
ISBN : 978-602-97164-1-2
In the old times the west attacked
to the east
but these days the world has
changed
so I will invade the west from the
east
to form a single empire
single religion
and a single rule over the world
-Fatih Sultan Mehmed II-
Berbicara
tentang sejarah islam tentu bukan sesuatu yang akan langsung habis sekali
cerita. Begitu banyak cerita-cerita yang berkembang di luar sana tentang
bagaimana islam pada masa dulu, mulai dari awal kemunculannya, kejayaannya,
hingga kemundurannya. Salah satu yang menarik adalah sejarah tentang
penaklukkan kota Konstantinopel oleh
pasukan muslim di bawah kepemimpinan Muhammad AL-Fatih atau yang dikenal juga
Sultan Mehmed II. Di bawah komandonyalah pasukan islam berhasil menguasai
Konstantinopel yang selama 825 tahun berusaha ditaklukkan oleh
pemimpin-pemimpin islam sebelumnya.
Dalam
buku ini menceritakan bagaimana perjalanan panjang pasukan muslim dalam merebut
kota yang mendapat gelar “The Gates of The East and West”. Posisinya yang
berada di tengah dunia membuat Konstantinopel menjadi kota pelabuhan paling
sibuk pada masanya. Kota ini juga mendapat kesempatan terhormat menjadi bagian
terpenting dari 3 peradaban besar umat manusia. Penyerangan pasukan muslim yang
penuh pengorbanan ini bukanlah tanpa dasar yang jelas. Keinginan kaum muslim
menguasai Konstantinopel lebih mulia dari hanya sekedar penghargaan, kekuasaan,
apalagi materi. Konstantinopel lebih daripada itu, ia adalah sebuah kota yang
dijanjikan kepada kaum muslimin oleh Rasululah Muhammad SAW.
Berkata Abdullah bin
Amru bin Ash:”bahwa ketika kami duduk disekeliling Rasulullah saw untuk
menulis, lalu Rasulullah saw ditanya tentang kota manakah yang akan futuh
terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma. Maka Rasulullah saw menjawab ‘Kota
Heraklius terlebih dahulu’, yakni Konstantinopel” (HR. Ahmad)
Buku
ini mengisahkan ketika dunia hanya mengenal dua wilayah, Barat dan Timur. Persaingan
antara dua Negara, Imperium Romawi dan Khilafah Islam. Kisah saat dunia
terpolarisasi menjadi dua bagian, Kristen dan Islam. Ini adalah kisah epic antara
dua kekuasaan, Byzantium dan Utsmani. Pada suatu masa ketika dunia hanya terbagi
menjadi dua bagian, sudah sewajarnya bagi barat untuk menaklukkan timur. Namun ada
seorang pemuda yang membalik semuanya dan menaklukkan sebagian barat. Pemuda yang
mengukir namanya dalam sejarah emas dunia, dengan prestasi dan pencapaian yang
tidak pernah ada pada masanya ataupun sebelumnya, prestasi yang jauh melebihi
masanya.
Dia
adalah Sultan Mehmed II yang sejak kecil telah belajar dari para syaikh yang
paling bagus dimasanya untuk mengarahkan kekerasan watak Mehmed dan membentuk
kepribadiannya. Para syaikh itu adalah Syaikh Ahmad Al-Kurani dan Syaikh Aaq
Syamsuddin. Di bawah tempaan Syaikh Ahmad Al-Kurani, Mehmed mulai menyerap
ayat-ayat Al-Qur’an dan menghapalkannya. Mehmed juga mempelajari etika belajar
dari Syaikh Ahmad Al-Kurani. Namun ulama yang sangat berpengaruh dalam
membentuk mental seorang penakluk adalah Syaikh Aaq Syamsuddin. Dia tidak hanya
mendidik Mehmed dengan ilmu-ilmu yang dikuasainya, tetapi juga senantiasa
mengingatkan Mehmed akan kemuliaan ahlu
bisyarah yang akan membebaskan Konstantinopel. Bahkan Syaikh Aaq Syamsuddin
selalu mengulang-ulangi perkataannya kepada Mehmed, bahwa dirinyalah pemimpin
yang dimaksud dalam hadist Rasulullah yang diriwayatkan Ahmad, “Konstantinopel akan takluk di tangan seorang
laki-laki maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik tentara
adalah tentaranya”.
Keyakinan
Mehmed II yang ditanamkan oleh Syaikh Aaq Syamsuddin dan Syaikh Ahmad Al-Kurani
bahwa dialah pemimpin yang dimaksud oleh Rasulullah di dalam hadistnya membawa
suatu pengaruh yang sangat besar. Proyeksi bahwa dirinyalah penakluk
Konstantinopel membawa suatu inspirasi dan motivasi tak terbatas, digabungkan
dengan watak dan kemauannya yang keras dalam umur kurang dari 17 tahun Mehmed
dapat menguasai beberapa macam bahasa, diantaranya Arab, Turki, dan Persia. Ketertarikan
luar biasa juga ditunjukannya dalam ilmu sejarah dan geografi, syair dan puisi,
seni serta ilmu teknik terapan. Keahliannya dalam perang pun selalu menjadi
buah bibir. Sebuah gabungan yang membentuk kepribadian yang sangat unik. Ada sebuah
syair yang menggambarkan Mehmed ini, yang menggetarkan hati orang beriman
ketika membacanya.
Niatku; taat kepada perintah Allah, “dan
hendaklah kalian berjihad di jalan-Nya”(QS. Al-Maaidah (5):35)
Semangatku; berupaya dalam kesungguhan dalam
melayani agamaku, agama Allah
Tekadku; aku akan tekuk lututkan
orang-orang kafir dengan tentaraku, tentara Allah
Pikiranku; terpusat pada pembebasan, atas
kemenangan dan kejayaan, dengan kelembutan Allah
Jihadku; dengan jiwa dan harta dan apa
yang tersisa di dunia setelah ketaatan pada perintah Allah
Kerinduanku; perang dan perang, ratusan ribu
kali untuk mendapatkan ridha Allah
Harapanku; pertolongan dan kemenangan dari
Allah, dan ketinggian Negara ini atas musuh-musuh Allah.
Atas keyakinan
tekad dan janji Allah inilah, Sultan Mehmed II berani mengambil tindakan untuk
menaklukkan Konstantinopel. Tepat pada 6 April 1453, Sultan Mehmed beserta
iringan pasukannya terlihat. Sultan mengorganisir pasukannya, kemudian maju
bergerak kea rah dinding kot. Kira-kira1,5 km dari kota, ia berhenti, kemudian
mengimami pasukannya shalat Jum’at dan meminta kemudahan pada Allah untuk
menaklukkan Konstantinopel. Bukan perkara mudah menaklukkan kota Konstantinopel
yang begitu Berjaya pada masa itu. Jumlah pasukan Konstantinopel yang jauh
lebih banyak, ditunjang dengan tembok raksasa yang begitu kokoh mengelilingi
Konstantinopel, membuat pasukin muslim mengalami banyak kesulita. Tapi berkat
kegigihan dan arahan dari Sultan Mehmed, juga atas ridha Allah para pasukan
islam berperang tanpa mengenal lelah walau mereka tahu siapa lawan mereka. Hingga
akhirnya pada tanggal 29 Mei 1453,pasukan muslim berhasil menaklukkan
Konstantinopel sekaligus mengakhiri Kekaisaran Romawi yang telah berlangsung
kurang lebih selama 1.143 tahun. Hal mengembirakan ini tidaklah lepas dari
sosok seorang Sultan Mehmed II yang telah memimpin pasukan muslim dengan begitu
berani, cerdas, dan ketaatannya pada Allah SWT.
Bagian
menarik dari buku ini adalah ketika Sultan Mehmed II dan para pasukannya
memasuki Hagia Sophia, gereja terbesar dan merupakan landmark kota
Konstantinopel. Di sinilah sikap toleransi Sultan Mehmed II sebagai seorang
pemimpin patut ditiru. Dia memberi kebebasan pada kaum Kristen yang bersembunyi
di Hagia Sophia untuk tetap memeluk agamanya tanpa memaksa untuk masuk islam.
Akhirnya Sultan Mehmed II memutuskan agar Hagia Sophia diubah menjadi masjid.
Seketika itu pula Sultan memerintahkan agar azan dikumandangkan di Hagia
Sophia. Tentu ini menggetarkan hati kaum muslim kala itu. Dan semenjak itu azan
selalu berkumandang di langit Konstantinopel. Sultan meminta agar lukisan di
tembok, patung-patung berwujud makhluk hidup, dan symbol Kristen disingkirkan
dan diganti dengan hiasan ayat-ayat Al-Qur’an.
Buku
ini memiliki banyak kelebihan,baik dari sisi luar maupun isinya. Dilihat dari
sisi luar buku ini memiliki cover yang sangat menarik dengan gambar pedang yang
menegaskan buku ini layak untuk dibaca. Dari segi isi sangat lengkap. Kejadian
peristiwa disusun dengan urutan yang sistematis sehingga semua berurutan,
membuat kita memahami dengan mudah urutan peristiwanya. Di setiap bab
penjelasaanya dilengkapi dengan gambar ilustrasi maupun lukisan yang membuat
kita sebagai pembaca seolah ikut dalam upaya perebutan kota Konstantinopel.
Gaya bahasa yang dipakai penulis juga
penuh akan semangat, membuat buku ini ingin selalu dibaca dengan rasa penasaran
menuju akhir.
Bagi
yang menyukai tentang sejarah islam, buku ini wajib menjadi koleksi. Isinya
sangat lengkap. Penggambarannya pun sesuai tanpa ada maksud menambahi atau
mengurangi. Bagi para pemimpin pun, buku ini bisa menjadi pedoman bagaimana
seharusnya menjadi pemimpin yang sesungguhnya, seperti yang Sultan Mehmed II
tunjukkan dalam perjalanan yang dipaparkan dalam buku ini.

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat siang, saya ingin bertanya di mana saya bisa dapat buku Al Fatih karya Felix Siauw ini? Terima kasih.
ReplyDelete