![]() |
| Sumber gambar: pinterest.com |
Ruangan itu tampak lengang. Mama duduk di hadapanku. Wajahnya
putih pucat, tanpa riasan dan tampak lelah. Kerutan wajah juga terlihat jelas.
Tapi walaupun begitu, aku masih bisa melihat bekas gurat-gurat kecantikan
semasa mudanya. Aku ingin memandang lama wajahmu ma.
Ingatanku kembali pada masa-masa di mana
aku masih berada di bangku sekolah dasar. Teman-teman selalu iri karena aku
memiliki mama yang cantik. Tentu saja aku senang dan bangga. Saat itu, mama
selalu mengantar jemput aku sekolah. Sepulang sekolah, kami kadang-kadang
mampir makan es krim kesukaanku. Atau langsung pulang ke rumah, dan mama akan
menyiapkan makan siang istimewa. Aku benar-benar rindu masa itu.
“Ma, 3 hari lagi Rei akan menikah. Rei pasti senang seandainya
mama bisa hadir.” Aku sedikit tegang dan gugup mengatakan maksudku. Tapi aku
berusaha terus menatap mama.“Alin juga menitip salam untuk mama. Dia tak bisa
ikut karena dalam masa pingitan.” Mama mendongak dan tersenyum. Aku rindu
senyum itu.
Tapi senyum itu seketika berubah menjadi tangis. Mula-mula tangis
tertahan, tapi kian lama tangisannya meraung-raung. Aku berusaha tetap
menatapnya, dan berusaha tak menangis. Tapi aku tak bisa. Sebelum air mata
menyeruak dari mataku, aku berbalik dan berjalan menjauh.
“Kamu mau meninggalkan aku lagi? Kurang apa aku? Kenapa kamu lebih
memilih wanita itu? Kenapa?”
Tak kupedulikan pertanyaan mama yang disertai raungan
tangisan. Aku ingin segera pergi. Ya, mamaku gila. Lebih tepatnya menjadi gila
sejak papa pergi dengan wanita lain, tanpa memberinya penjelasan.
<<<>>>
#HariKeempat

Sedih, itu bisa jadi awal cerita n berlanjut mba
ReplyDeleteMakasi mbak masukannya :D
DeleteSetuju ama mbak Rina... Ceritanya bisa dikembangkan lagi..
ReplyDeleteSetuju ama mbak Rina... Ceritanya bisa dikembangkan lagi..
ReplyDeleteNanti kalo niat dikembangkan lagi mbak
DeleteFF saja apa mau dibuat cerpen nih?
ReplyDeleteSementara FF aja mbak. Belum kepikiran mau diperpanjang hehe
Delete