sumber gambar: ThePostiveMOM.com

"Mbak Sar, pec*n itu apa?"
Sari yang sedari tadi memainkan handphonenya, memandang ke arah Laras, adiknya, yang asyik membaca buku cerita di sofa ruang tengah. Alih-alih menjawab, Sari malah menghela nafas panjang. Dia bingung bagaimana harus menjelaskan kata yang tak sepatutnya didengar dan diketahui oleh Laras, mengingat adiknya itu baru duduk di bangku kelas 4 SD. 


Kita pasti sudah tak asing dong ya dengan makanan yang namanya pizza. Apalagi buat yang tinggal di daerah perkotaan. Makan pizza pun bukan sesuatu yang wah lagi di zaman hedon seperti sekarang. Bisa langsung datang ke restonya atau delivery. Ada banyak pilihan rasa dengan harga yang berbeda.

Pernah dengar nama mandai? Apa yang ada dalam pikiran ketika mendengar nama mandai? Well, postingan kali ini aku mau share info seputar mandai. Karena hari ini pas kebetulan ngumpul sama teman-teman dan salah satu topik yang kami bicarakan adalah mandai. Sepulangnya dari ngumpul-ngumpul, aku sempatkan sedikit menuliskannya. 

"If you think reading is boring, you're doing it wrong. It's one of the most marvelous adventures that anyone can have"

Bagi sebagian orang membaca mungkin menjadi hal yang membosankan, tapi tidak untukku. Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam dengan buku-buku, kadang malah sampai lupa waktu. Bagiku buku sudah seperti teman yang memiliki kisahnya sendiri. 

Sebagai orang yang gemar membaca, aku tentu memiliki fakta-fakta yang pastinya tak lepas dari hobi tersebut. Ada beberapa malah yang bikin malu. Nah mumpung lagi ada giveaway 20 Bookish Facts About Me Challenge, ga ada salahnya aku tuliskan my 20 bookih facts. Here they are:

  1. Waktu SD, komik lokal bergambar hitam putih dengan tokoh utama Gareng dan Petruk karya Tatang S. sukses membuatku jatuh cinta dengan yang namanya membaca sebelum akhirnya aku mengenal komik Jepang.
  2. Pertama kali membaca seri Trio Detektif waktu SMP dan sejak saat itu aku suka buku bergenre misteri. Semua seri Trio Detektif yang ada di perpustakaan sekolah telah aku baca.
  3. Waktu SMP, pernah ketahuan baca novel stensil karya Fredy S. sama bapak. Novelnya langsung disita ga boleh dibaca. Padahal waktu itu aku ga tahu siapa Fredy S. Barulah saat SMA aku tahu alasan bapak nyita bukunya.
  4. Aku suka mengoleksi buku-buku yang difilmkan. Buku Harry Potter menjadi buku berseri paling lengkap yang pernah aku koleksi.
  5. Punya perpustakaan mini di rumah yang isinya koleksi komik dan buku hasil ngumpulin dari zaman SD sampai sekarang.
  6. Lebih suka buku cetak dari pada ebook karena ga tahan kalo harus mantengin layar hp atau laptop sampai berjam-jam buat baca ebook.
  7. Di tiap tas yang aku punya, selalu terselip buku atau komik yang bisa aku baca sewaktu-waktu.
  8. Kadang pergi ke Gramedia cuma buat liat-liat buku baru yang masuk daftar "Harus Dibeli".
  9. Pernah kepergok membuka plastik pembungkus sebuah novel di Gramedia sangking penasarannya. Akibatnya hampir 2 bulanan ga berani nongol di Gramedia.
  10. Tiap bulan harus beli buku karena ada budget bulanan tersendiri khusus buat membeli buku.
  11. Aku tipe orang yang pemilih dalam meminjamkan buku. Kalo bukan teman baikku, jangan harap bisa meminjam buku dariku. Jahat banget ya? Who cares. Aku sudah cukup banyak bertemu peminjam yang tak bertanggung jawab.
  12. Aku membaca semua genre buku, tapi yang paling kusuka tetap novel dengan cerita misteri di dalamnya.
  13. Aku bisa membaca di segala tempat dan suasana. Aku bahkan bisa membaca sambil berjalan.
  14. Penggemar berat Agatha Christie. Sampai sekarang aku punya puluhan novel karyanya, mulai dari beli di toko buku bekas sampai yang masih baru, dan sampai sekarang masih mencoba melengkapi koleksi bukunya.
  15. "Hannibal Rising" dan "Red Dragon" karya Thomas Haris menjadi buku kesayanganku karena itu pemberian dari cowok yang baru kukenal di Facebook. 
  16. Telah membaca berulang-ulang buku "Gone Girl" karya Gillian Flynn dan belum ada tanda kebosanan untuk membaca lagi.
  17. Sering ikut giveaway yang hadiahnya buku. Tapi kebanyakan kalahnya daripada menangnya.
  18. Selalu menulis quotes yang aku rasa menarik dari buku-buku yang pernah aku baca. Aku menuliskannya di sebuah buku diary yang nantinya bisa kubaca lagi.
  19. Sering banget numpuk buku. Belum dibaca tapi beli lagi. But in the end, aku selalu membaca tumpukan buku-buku tersebut.
  20. Sampai sekarang masih sering berburu buku-buku bekas untuk dikoleksi. Selain untuk mendapat harga murah, kadang beberapa buku bekas kelihatan so classy.
Hufftttt...lumayan capek juga ya nulis kayak gini karena ada beberapa yang harus mengingat kembali memori-memori lama hehe. Tapi ini seru juga sih, hitung-hitung bernostalgia. Nah kalian mungkin juga punya pengalaman atau fakta kalian sendiri? Mau dituliskan sendiri dan diikutkan giveaway? Boleh banget, mumpung masih ada waktu. Yuk ikutan biar makin rame.

<<<>>>

Tulisan ini diikut sertakan dalam


Gambar Ilustrasi: suaranews.com
Aku bergegas masuk ke salah satu mesin ATM yang berada di depan sebuah mini market. Aku perlu menarik tunai sejumlah uang untuk membayar uang semester. Transaksi di dalam pun tak berlangsung lama, hanya butuh beberapa menit. Begitu keluar aku segera menyalakan motor dan bergegas ke bank.
Nasi goreng cumi hitam
Hai, selamat berakhir pekan. Sebelum aku lupa, aku mau menuliskan sedikit tentang pengalaman makan semalam. Semalam mau ditulis buat tugas ODOP, tapi karena pulang terlalu larut dalam keadaan kenyang dan kedinginan, ya bisa ditebak. Aku langsung tidur, bahkan tanpa berganti pakaian.
Sumber gambar: pinterest.com
Butiran-butiran halus itu berwarna coklat
Terdampar di dasar cangkir warna hitam
Menunggu dengan tenang di dalam
Hanya suara hujan di luar sana yang terdengar makin riang

Hari ini aku senang. Senang karena sampai hari ini aku masih diberi nikmat hidup. 
Hari ini aku juga sedih. Sedih karena jatah waktu hidupku di dunia berkurang.
Ya, hari ini aku berulang tahun. Ulang tahun yang ke berapa? Ah itu tak penting. Yang jelas hari ini aku bersyukur sekali.

Aku masih penasaran dengan gadis itu. Gadis berjilbab dengan alis tebal yang tampak alami. Bagaimana kamu tau itu bukan karena pensil alis? Ya aku hanya tahu kalo itu alami. Aku cukup tahu hanya denga menatapnya. Menatap wajah dengan mata hitam yang dibingkai kacamata. Hanya sesekali wajah itu tersenyum.

Sumber gambar: pinterest.com
"Dek, lu ga punya apa ye kaos selain warna hitam." Abangku masih saja memandang tumpukan baju yang sebagian besar didominasi warna hitam. Karena abangku berkunjung ke kosku tanpa persiapan, dia ga bawa baju ganti. Terpaksa aku lagi yang mesti direpoti. Aku menggeser badannya dari depan lemari.
"Ada ko. Nih, dan masih baru. Jadi ganti pake uang aja." Aku menyorongkan kaos warna putih bergambar kartun dayak yang baru aku beli beberapa hari yang lalu.

Nama brandnya bikin penasaran, kerasukan ceker. Dari pertama denger aja udah bikin penasaran pengen segera melihat seperti apa sih rupa kuliner baru yang beberapa hari ini lagi ngehitz di kota Samarinda. Selain penasaran penampakannya, pastinya penasaran juga pengen nikmati rasanya yang katanya pedes banget. Belum lagi dari foto pemasarannya sukses bikin ngakak.


Karena didorong rasa penasaran, akhirnya tadi sehabis Maghrib, bersama seorang teman, menyempatkan mampir untuk makan malam di rumah makan yang baru buka tersebut. Tidak susah mencari lokasinya karena berada di pinggir Jl. Juanda, pas di depan Kampus Untag, dengan Plang Besar bertuliskan "Kerasukan Ceker". Sampai di sana langsung parkir dan tanpa babibu masuk ke dalam.

Kami disambut pelayan yang menyerahkan daftar menu. Pelayannya bakal nunggu kalo mau langsung pesan. Atau ditinggal kalo masih mau liat-liat menu. Kami langsung pesan saja dengan menu yang direkomendasikan sama mas pelayannya. Daftar menunya unik, seperti kerasukan ceker gerandong, kerasukan ceker ngesot, dengan pilihan pedas level 1 sampai 3. Harganya mulai dari Rp 17.000-an untuk ceker.  Harga minuman juga variatif, untuk es jeruk Rp 5.000. Akhirnya kami pesan kerasukan ceker gerandong level 1 dan 2 plus nasi, 2 gelas es jeruk dan 2 botol air mineral.

Waktu lihat sekeliling ternyata masih banyak meja yang kosong. Sepertinya kami datang terlalu dini. Di Kerasukan Ceker, kita bisa memilih tempat duduk, mau yang indoor atau outdoor. Dua-duanya tetep pilihan yang nyaman karena bersih dan adem. Tak lama pesanan kami datang. Dan beginilah penampakannya.

Kerasukan Ceker Gerandong level 1
Kerasukan Ceker Gerandong Level 2
Dari rasa sebenarnya ga jauh beda dengan rica-rica ceker. Hanya saja mungkin kadar pedasnya yang beda. Tapi ya begitulah, yang pedas itu selalu bisa membangkitkan selera makan. Apalagi ditemani segelas es jeruk manis.  Tangan sibuk menyuap, mulut mendesis pedas penuh candu. Seiring berjalannya waktu, pengunjung mulai memenuhi meja-meja yang kosong.  Sepertinya banyak yang terpikat untuk kerasukan ceker.

Selesai makan mau langsung pulang? Ya terserah. Tapi kalo masih mau stay, ada berbagai pilihan cemilan yang bisa dipesan untuk sekedar menghabiskan waktu sambil nongkrong, kentang goreng atau pisang keju mungkin. Masih ada beberapa menu cemilan, tapi aku lupa namanya. Ditambah dengan adanya layar proyektor buat nonton bareng, kerasukan ceker ga cuma tempat makan tapi bisa juga buat tempat nongkrong. Oh iya, ada juga booth khusus buat foto-foto loh.

Partner Kerasukan Ceker
Jadi yang di Samarinda dan suka pedas, ayo jangan lupa dijamah. Yang di luar Samarinda, ya cukup baca aja hehehe. Sampai aku nulis ini postingan rasa pedasnya masih kebayang. Salut deh buat pencetus ide kerasukan ceker ini. Siapapun itu, dia udah sukses menarik banyak pelanggan. Apalagi dengan foto pemasaran yang unik, siapa yang ga penasaran.
Sumber gambar: pinterest.com
Ruangan itu tampak lengang. Mama duduk di hadapanku. Wajahnya putih pucat, tanpa riasan dan tampak lelah. Kerutan wajah juga terlihat jelas. Tapi walaupun begitu, aku masih bisa melihat bekas gurat-gurat kecantikan semasa mudanya. Aku ingin memandang lama wajahmu ma.

Ingatanku kembali pada masa-masa di mana aku masih berada di bangku sekolah dasar. Teman-teman selalu iri karena aku memiliki mama yang cantik. Tentu saja aku senang dan bangga. Saat itu, mama selalu mengantar jemput aku sekolah. Sepulang sekolah, kami kadang-kadang mampir makan es krim kesukaanku. Atau langsung pulang ke rumah, dan mama akan menyiapkan makan siang istimewa. Aku benar-benar rindu masa itu.
“Ma, 3 hari lagi Rei akan menikah. Rei pasti senang seandainya mama bisa hadir.” Aku sedikit tegang dan gugup mengatakan maksudku. Tapi aku berusaha terus menatap mama.“Alin juga menitip salam untuk mama. Dia tak bisa ikut karena dalam masa pingitan.” Mama mendongak dan tersenyum. Aku rindu senyum itu.

Tapi senyum itu seketika berubah menjadi tangis. Mula-mula tangis tertahan, tapi kian lama tangisannya meraung-raung. Aku berusaha tetap menatapnya, dan berusaha tak menangis. Tapi aku tak bisa. Sebelum air mata menyeruak dari mataku, aku berbalik dan berjalan menjauh.
“Kamu mau meninggalkan aku lagi? Kurang apa aku? Kenapa kamu lebih memilih wanita itu? Kenapa?”

Tak kupedulikan  pertanyaan mama yang disertai raungan tangisan. Aku ingin segera pergi. Ya, mamaku gila. Lebih tepatnya menjadi gila sejak papa pergi dengan wanita lain, tanpa memberinya penjelasan.

<<<>>>



#OneDayOnePost
#HariKeempat
Sumber gambar: google
Waktu sudah menunjukkan jam makan siang. Aku segera  membereskan barang-barangku dari meja perpustakaan kampus. Sedari pagi aku sudah nongkrong di ruangan khusus skripsi. Biasa, mahasiswi tingkat akhir. Aku bergegas menuruni tangga bersama seorang teman sambil berencana untuk pergi makan siang. Aku sangat lapar karena tadi pagi hanya minum segelas energen.
sumber gambar: pinterest.com

“Bang…” Suaraku terdengar ragu sambil melihat semak-semak di sekeliling yang berada cukup jauh dari area camping, tampak gelap oleh malam.
“Apa?” Bang Erwin tak bergeming dari tempatnya berdiri.
“Aman ga ini tempatnya?” Aku masih mencari kepastian.
“Sudah abang cek dek. Aman.”
“Kalo bang Nanda dan bang Raihan ke sini bagaimana?” Aku masih saja was-was.
“Mereka ga mungkin ke sini. Mereka pasti cape setelah perjalanan tadi. Lagian kalo sudah tidur, mereka seperti orang mati. Sudahlah cepat.”
Aku memandang sekeliling, memastikan sekali lagi.  Akhirnya dengan tak sabar aku turunkan celanaku.”Awas abang ngintip.”
“Apa yang diintip dek, gelap.”
Aku tersenyum dalam gelap memandang punggung bang Erwin yang terhalang semak-semak, empat meter  di depanku, dan segera menuntaskan hasrat kencing yang sedari tadi kutahan.

<<<>>>

#OneDayOnePost
#HariKedua
sumber gambar: pinterest.com
"Nduk jadi pulang ga toh?" Suara bapak di telepon terdengar jelas pagi tadi.
"Insyaallah jadi pak. Masih ada sedikit urusan sama dosen". Aku berusaha meyakinkan bapak.
"Yo wes. Bapak kira ga jadi. Oh iya jangan lupa carikan sirih merah ya. Di sini susah nyarinya".
Dan begitulah. Percakapan via telepon antara bapak dan anak perempuannya itu akhirnya selesai beberapa menit kemudian. 

"Kematian bisa begitu memikat, dan penyesalan selalu datang terlambat"
Yak, di minggu siang yang cerah dan panas ini, dengan ditemani segelas es coklat hasil beli di pinggir jalan, aku mau sedikit berbagi cerita tentang sebuah buku yang menjadi salah satu buku favoritku. Cie ngeresensi buku cie. Bukan resensi ko. Ini hanya sedikit ulasan. Sangat jauh dari kata resensi. Aku hanya mau berbagi cerita. Jadi, back to topic ya.

Aku membenci ulang tahun sama halnya aku membenci ayah. Bagiku ulang tahun hanya pengingat luka yang tak akan pernah sembuh.  Pengingat akan sosok ibu yang tak akan pernah kembali ke sisiku. Dan itu semua karena ayah.

***

Malam itu ibu memanggilku dari ruang makan. Di sana ibu sudah memegang sebuah kue. Kue itu berwarna coklat dengan krim putih menghiasi bagian atasnya. Beberapa buah cherry berjajar di bagian tengah. Ada 7 buah lilin menyala terang di pinggirannya. Ibu meletakkan kue itu di meja makan, tepat dihadapanku.
"Jadi seharian ibu membuat ini?" Aku masih takjub memandang kue ulang tahunku yang pertama di usiaku yang menginjak 7 tahun. 
"Ya ibu rasa mulai sekarang perlu merayakan hari ulang tahunmu". Ibu tersenyum dan duduk di depanku.
"Di sekolah teman-teman sering bercerita tentang pesta ulang tahun. Bolehkan aku mengundang mereka ke rumah besok bu? Aku mau pamer kalo ibuku pembuat kue yang hebat". 
"Tentu anak manis. Kamu boleh mengundang mereka besok. Ibu akan menyiapkan pesta kecil-kecilan di halaman belakang".
"Asik". Aku segera menyorongkan tanganku untuk mencolek sedikit krim yang terlihat sangat manis dan lezat.
"Mega, berdo'a dulu, buat permintaan dan tiup lilinnya". Ibu menahanku yang terlihat tak sabaran.
"Ah ibu benar". Aku tersenyum lebar, memejamkan mata dan mulai berdo'a. 

Saat aku bersiap meniup lilin, ayah muncul di ambang pintu. Terlihat lelah dengan mata merah. Aku tidak suka ayah. Dia selalu membuat ibu menangis. Ayah berjalan cepat ke arah ibu, menarik tangan ibu yang terlihat mungil di genggamannya.
"Perempuan murahan. Jadi kamu berduaan dengan lelaki lain saat aku bekerja. Kamu kira aku tak tahu?"
"Mas,  dia Aldo. Kamu tahu sendiri dia temanku. Dia hanya mampir untuk mengantar pesananku".
"Kamu pembohong. Sini kamu". Ayah berusaha menarik ibu ke dapur. Ibu berusaha melawan. Pertengkaran mereka membuat meja makan terbalik ke lantai. Kue ulang tahunku hancur berantakan. Aku berlari ke ambang pintu, menangis ketakutan, sementara ayah berusaha menyeret ibu ke dapur. 

Suara teriakan mereka berhenti. Aku memberanikan diri melihat mereka berdua. Ayah terduduk membelakangiku, terdiam. Sementara ibu, tak bergerak dengan darah di kepalanya. Aku tak ingat dengan pasti apa-apa setelahnya. Yang aku ingatjelas, tak ada pesta seperti yang ibu janjikan. Hanya upacara pemakaman yang tak dipahami oleh anak berusia 7 tahun sepertiku. Dan ayah, tentu saja dia dipenjara.

***

Aku membenci ulang tahun sama halnya aku membenci diriku, yang tak bisa membantu ibu. Aku hanya bisa menangis, menyedihkan. Bayangan 11 tahun lalu masih jelas sekali diingatanku. Dan itu semua karena ayahku.

Ayahku. Ya, hari ini adalah hari pembebasannya. Apa aku senang? Tentu. Aku merindukan ayah, sama seperti aku merindukan ibu. Dan aku akan menyambutnya dengan istimewa. Biar ayah tahu putrinya ini begitu merindukannya. Seperti sekarang, aku berdiri di depan pintu dengan buket bunga mawar merah di tanganku, memakai baju bagus, dan berdandan cantik agar ayah senang. Dan tentu saja ayah senang. Matanya berkaca-kaca saat melihatku.
"Oh, Mega putriku. Kamu benar-benar mirip ibumu. Setelah 11 tahun akhirnya ayah bisa memelukmu. Ayah rindu padamu nak. Sekarang kamu sudah 17 kan?" Ayah memelukku. Aku kenal pelukan ini. Pelukan hangat yang sama, yang ayah berikan saat aku masih kecil. Rasanya aku ingin menangis.
"Aku juga rindu ayah. Dan kurasa...ibu juga". Pelukan ayah mengendur, pandangannya tak beralih dari wajahku. Tapi tangannya tak lagi memelukku.

Ayah roboh dengan cairan merah pekat yang tampak keluar dari luka dipunggungnya. Cairan itu makin banyak, merembes membasahi kemeja abu-abu yang dipakai ayah, dan mulai menetes ke lantai. 

Aku terduduk di samping tubuh ayah, terdiam, dengan pisau ditanganku. Ayah masih menatapku, air mata di pipinya masih bisa kulihat. Tapi tentu saja air mata kalah dengan darah yang kini menggenang di lantai. Tak ada rasa takut saat menyaksikan darah segar itu. Aku tak mau seperti 11 tahun yang lalu, menangis ketakutan. Aku tersenyum untuk ayah terakhir kalinya.
"Ayah, hari ini aku 18 tahun".

<<<>>>

Apakah kamu suka coklat? Kalau aku sih suka banget. Dan mungkin sebagian besar orang suka dengan coklat. Mulai dari anak-anak,remaja sampai yang tua. Kalau makan coklat yang  dijual di toko-toko dengan beragam bentuk dan rasa sih sudah biasa. Tapi, pernahkah kamu sekalian makan coklat dari tanah liat??? Aku pernah dan aku ga suka. 

Weekend. Kamu pergi ke mana? Aku Bosan. Stock buku bacaan udah habis. Nasib. Aku memutuskan pergi jalan aja. Wah itu bagus. Gemana kalo sekalian piknik? Wah itu lebih bagus lagi. Ya, mungkin aku butuh piknik biar ga panik kalo pas bosen. Atau aku memang butuh piknik biar makin cantik. Halahhh...yang mana aja boleh deh. Sekedar untuk menghilangkan jenuh, bolehlah. Apalagi setelah selesai seminar proposal dan mendapat hadiah revisian (lagi), aku memang butuh piknik.